Sekretaris Kabinet Dipo Alam mengisyaratkan proses pengadaan pesawat
tempur Sukhoi pada rentang 2003-2004 'gelap'. Proses pengadaan Sukhoi
saat itu tidak banyak pejabat terkait yang tahu, di antaranya Menko
Perekonomian Dorodjatun Kuntjoro Jakti, Menko Polkam Susilo Bambang
Yudhoyono dan Menhan (alm) Matori Abdul Jalil.
"Saya menanyakan
kepada Pak Matori termasuk dengan eselon satunya. Bagaimana prosesnya.
Mereka tidak tahu. Hal itu saya tanyakan karena Pak Dorodjatun sebagai
Menko Perekonomian menanyakan kepada saya. Jadi tidak ada yang tahu,
termasuk Pak Presiden yang ketika itu menjadi Menko Polkam," kata Dipo
di sela-sela perjalanan menuju Seoul, Korea Selatan, Minggu (25/3).
Kala
itu, Dipo menjadi Deputi Menko Perekonomian. Menurut Dipo, pejabat yang
mengetahui proses pengadaan hanyalah Menperindag Rini Suwandi, Panglima
TNI Jenderal Endriartono Sutarto. Kemudian, Kepala Staf TNI AU Marsekal
TNI Cheppy Hakim, Kepala Bulog Widjanarko Puspoyo dan Dirjen
Perdagangan Luar Negeri Deperindag Sudar SA Gantika Riyanto.
"Pengadaan sudah berlanjut dan katanya pakai sistem counter trade. Rini suwandi yang menjelaskan kepada saya, bahwa counter trade
itu adalah menukar kelapa sawit dengan Sukhoi. Itu yang saya tahu,"
katanya. Dipo sempat beradu argumen dengan Rini mengenai pengadaan
Sukhoi dengan counter trade. Soalnya, konsep itu pada akhirnya
akan membebani APBN, yang memang saat itu tidak ada alokasi anggaran
khusus untuk membeli Sukhoi.
"Saya bilang ke Bu Rini, bahwa
pemerintah bukan VOC. Kelapa sawit kan yang punya swasta, ujung-ujungnya
APBN juga yang harus mengganti kelapa sawit swasta yang dibarter dengan
Sukhoi. Jadi, saya tidak percayalah dengan soal counter trade itu," katanya.
Di
kemudian hari, berdasarkan info yang diberikan Dirjen Anggaran
Departemen Keuangan Anshari Ritonga, uang penggantian kelapa sawit itu
diambil dari pos anggaran penanggulangan bencana alam. Sayangnya, Dipo
lupa berapa jumlah uang yang dipakai.
"Seandainya tsunami terjadi
pada 2003, kita tidak ada lagi dananya. Itu yang saya tahu," kata Dipo.
Ada sejumlah opsi pembelian lain yang bisa digunakan dan lebih
menguntungkan, yakni offset strategy. Yakni Sukhoi dibarter dengan pesawat buatan Indonesia, yakni CN-235.
Dengan
begitu, PT DI bisa berkembang dan pesawat buatan Indonesia bisa dipakai
tidak hanya untuk militer tapi juga untuk ke daerah-daerah Rusia yang
miskin. Selain itu, India pertama membeli Sukhoi langsung dari Rusia.
Namun, untuk selanjutnya, Sukhoi harus dibuat di India.
"Dan Rusia setuju. Itu baru cara jitu ketimbang counter trade yang pakai kelapa sawit," Kata Dipo
Komentar
Posting Komentar