Pages

Langsung ke konten utama

Perang Malvinas 1982 (Argentina vs Inggris)


Di Tengah kisruh politik dan ekonomi yang menjerat Argentina, junta militer di bawah pimpinan Leopoldo Galtieri pada 2 April 1982 melancarkan pendudukan terhadap pulau Falkland alias Malvinas. Kepulauan kaya minyak itu merupakan sisa peninggalan kolonialisme dan telah berada di bawah kekuasaan kerajaan Inggris sejak pertengahan abad ke 19.

Dengan harapan London tidak akan berani mengirimkan angkatan perangnya ke selatan Atlantik, Argentina menerjunkan 600 prajurit pada tengah malam ke bagian timur Falklands. Saat itu kepualauan tersebut cuma dijaga oleh maksimal 100 tentara. Tanpa menimbulkan korban jiwa, tentara Argentina merebut Malvinas dari tangan Inggris.

Penguasa Argentina Leopoldo Galitieri (ki.) lalu menempatkan jendral Mario Menéndez (ka.) sebagai gubernur Malvinas. Kala itu sang diktatur baru empat bulan menjabat dan tanpa dukungan publik. Tapi sejak Argentina mendeklarasikan perang di Malvinas, suara oposisi anti junta berubah menjadi dukungan patriotis untuk Galitieri.

Namun pertaruhan Argentina, bahwa Inggris dan Amerika Serikat akan berdiam diri, tidak terbukti. Pada pertengahan April, Kabinet Perang pimpinan Margaret Thatcher melancarkan serangan berantai yang melibatkan puluhan kapal perang dan 327.000 serdadu. Amerika Serikat yang hingga saat itu masih berutang secara politis terhadap Argentina bahkan menyediakan kapal perangnya untuk Inggris

Inggris awalnya merebut wilayah demi wilayah tanpa perlawanan berarti. Tapi lambat laun konflik teritorial itu menjelma menjadi perang terbuka di laut dan udara. Salah satu kapal fregat Inggris, HMS Antelope hancur oleh serangan udara Argentina dalam perang di perairan San Carlos. Nasib serupa menimpa kapal penghancur, HMS Coventry. Adapun Argentina kehilangan belasan pilotnya.


Perang Malvinas mulai berbalik arah ketika sebuah kapal selam Inggris berhasil mengaramkan kapal penjelajah ringan Argentina, ARA Belgrano. Sebanyak 323 awak kapal tewas, sementara 700 lain berhasil diselamatkan. Sejak karamnya Belgrano, armada laut Argentina tidak lagi banyak berkutik. Sebagai balasan Angkatan Udara Argentina menenggelamkan kapal penghancur, HMS Sheffield dua hari kemudian.

Sejak berhasil merebut San Carlos, pasukan infanteri Inggris yang juga diperkuat brigade Gurkha bergerak menuju dua front perang buat merebut dua kota terbesar Falkland, yakni Darwin dan Stanley. Kendati mampu membangun pertahanan di sekitar dua kota itu, Argentina kewalahan menghadapi gempuran Inggris. Pada awal Juni prajurit Argentina menyerah. Mereka lalu menanggalkan helm perang dan senjatanya

Hingga akhir perang sebanyak 24.000 tentara Argentina berada dalam tawanan Inggris. Perang singkat seputar Kepulauan Falkland tidak merenggut banyak korban jiwa. Tapi setidaknya 649 tentara Argentina tewas, sementara Inggris kehilangan 258 prajuritnya.

Jelang jatuhnya Stanley, Gubernur Malvinas Jendral Menendez menelpon Jendral Galtieri dan mendesaknya menerima kekalahan perang. Sang diktatur malah memerintahkan untuk tetap menyerang. Menendez mengabaikan perintah tersebut dan menegosiasikan gencatan senjata dengan Inggris. Pada 14 Juni Argentina menandatangani kapitulasi. Setelah Perang Menendez kehilangan jabatannya dan dijebloskan ke penjara. Sumber

Komentar

  1. Argentina kurang pengalaman dan strategi melawan Inggris pada perang Malvinas

    BalasHapus

Posting Komentar